home
about me
fave picks
contact
Ibu di Media - "koran REPUBLIKA"
Sunday, January 07, 2007
Republika, 6 Januari 2007

Momtrepreneur
http://www.republika.co.id/kirim_berita.asp?id=277972&kat_id=458&edisi=Cetak

Berkantor di rumah, mereka mempunyai jam kerja melampaui jam kerja kantor. Tapi, mereka bisa mengasuh anak-anaknya.

Sembari menggelendot di punggung Nadia M Yuniardo (30 tahun), buah hatinya kadang melontarkan protes kecil. ''Kok mama maen komputer melulu sih?''
Seharian, Nadia pembuat milis bundainbiz- memang hanya di rumah. Tapi, ia tak semata sebagai ibu rumah tangga. Ia juga menjalankan bisnis. Jika ia sedang berada di depan komputer, tentu saja ia sedang tidak maen komputer, tapi sedang bekerja: menjawab e-mail, melayani pesanan, menulis motivasi untuk dikirim ke milis.

Kadang, saat anak dan suami membutuhkan perhatian darinya, membuat ia menunda pekerjaan. Bukan tak mungkin, pukul 11 malam ia masih bercokol di depan komputer untuk menjawab e-mail, menulis motivasi, atau yang lainnya.

Pilihan berani
Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. Inilah yang dirasakan Sharah Saleh Sugarda (31 tahun) dua tahun lalu: kerja keras banting tulang, tujuh hari dalam sepekan. Sebagai manajer SDM anyar sebuah perusahaan jasa keuangan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), pekerjaannya segepok.
Rutinitasnya pun gila-gilaan: berangkat pagi-pagi buta sebelum kedua anaknya, Kalila (5 tahun) dan Nawal (4 tahun), bangun tidur. Pulang ke rumah setelah keduanya tidur pulas. Tak cukup waktu buat si upik.

Saat weekend, tak jarang Sharah digempur jadwal yang lumayan padat. Alih-alih pelesir bersama keluarga, kerap kali ia harus berada di sebuah acara pelatihan karyawan. Jabatannya sebagai manajer SDM menuntutnya untuk itu.

Lulus sebagai sarjana ekonomi, Sharah bekerja sebagai auditor eksternal sebuah perusahaan di BEJ. Pekerjaannya setumpuk. Seringkali ia dituntut bermalam di kantor. Tak jarang harus terbang keluar kota. Ia sempat dirotasi menjadi auditor internal dan belakangan dipromosikan menjadi manajer SDM. Namun, tak ada perubahan berarti: pekerjaan justru kian berjubel. Anak-anak di rumah kian tak terperhatikan.

Rutinitas model begini dilakoni Sharah sepanjang dua tahun. Sepanjang itu pula, ia kehilangan waktu emas bersama kedua buah hatinya: ia tak dapat seratus persen melihat tumbuh kembang mereka. Kalila dan Nawal justru lebih banyak bersama baby sitter-nya.
Hingga momen titik balik itu pun tiba. Suatu waktu Kalila meraih juara lomba membaca doa di TK-nya. Saat itu para peraih penghargaan didaulat naik ke atas panggung. Kecuali Kalila, semua pemenang ditemani ibunya masing-masing. Saat disodori foto-foto acara tersebut, hati Sharah membatin, `'Wah cuma Kalila yang enggak ada ibunya.'' Setelah itu Sharah mengaku amat nelangsa.

Terusik
Naluri keibuan Sharah mulai terusik. Setelah bekerja selama enam tahun, Sharah pun melakukan langkah berani. `'Saya resign dari pekerjaan,'' kata dia. Ia mengaku ingin fokus membesarkan sang buah hati. Meski untuk itu, Sharah mesti rela melepas kariernya yang tengah menanjak. Termasuk gaji yang lumayan menggiurkan.

Untungnya, sebelum resign, Sharah telah menjadi anggota beragam milis. Salah satunya adalah milis www.bundainbiz.com. Ini adalah situs tentang ibu-ibu yang ingin berbisnis, tetapi tetap bisa memomong anaknya di rumah. Sharah memperoleh banyak peluang bisnis, strategi memulai bisnis dari rumah, termasuk motivasi-motivasi berharga. Saat ini Sharah malah didapuk menjadi moderator milis yang beranggotakan 500 ibu-ibu ini.

Berkat relasinya di dunia virtual, Sharah kini sudah dapat menekuni pelbagai bisnis. Di antaranya, bisnis multilevel marketing (MLM) yang menjajakan sebuah produk kosmetik. Ia juga berbisnis kain sulam, busana, serta mukena limited edition dengan label Nadja. Ia menjualnya lewat internet.

Yang jelas, kata dia, semua bisnisnya dirancang agar bisa dikendalikan dari rumah. Order desain kain sulam, misalnya, sudah bisa dilakukan via telepon atau e-mail dan diantar lewat kurir. Untuk prospek MLM, Sharah pun terhitung jarang melakukannya secara off-line (tatap muka), kecuali untuk klien yang kurang melek internet. Praktis saat ini ia adalah seorang mom work at home alias ibu yang bekerja dari rumah.

Sharah tentu tidak sendirian. Ada Nadia dan sekitar 500 ibu yang menjadi anggota milis bundainbiz juga memiliki mimpi yang sama. Yaitu, ''Menghasilkan uang dari rumah, namun tetap bisa mengasuh anak,'' kata Nadia.

Tapi, menurut Nadia, dari sekitar 500 anggota milis itu, baru seperlimanya yang benar-benar telah menjadi mom work at home. Sebagian besar masih dalam tahap transisi. Nah, milis ini menyiapkan tiga amunisi penting: strategi menumbuhkan keberanian memulai usaha di rumah, ajang sharing, sekaligus informasi peluang usaha. Milis bundainbiz dijadikan wadah diskusi topik-topik yang berkaitan dengan bisnis, home business, dan bekerja dari rumah.

Selama 2000 - awal 2006, Nadia menjadi jurnalis lepas website musik di Singapura. Inilah pengalaman awal bekerja di rumah. Pekerjaan ini yang membawanya pada satu kesimpulan: bekerja di rumah dan berselancar di internet adalah comfort zone bagi dirinya.

Bukan cuma itu. Pengalaman enam tahun mengobok-ngobok dunia virtual justru memberinya ilmu berbisnis via internet. Nadia pun mengakhiri karier reporternya. Bermodalkan ini, Nadia banting setir menjadi pebisnis dunia virtual. Ia menjual busana muslim lewat internet, menjalankan bisnis desain website, blog, logo. ''Semuanya bisa dilakukan dari rumah dan hanya bermodalkan satu unit komputer,'' tutur ibu dua anak ini yang mengaku minimal mengantongi Rp 3 jutaan dari bisnisnya ini dalam sebulan. imy

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home